Selasa, 13 April 2010

MOUNTAIN SICKNESS

Mountain Sickness adalah penyakit-penyakit yang bisa terjadi di gunung, antara lain: hipotermia,frosbite,hipoxia,buta salju,kepanasan,edema paru.

HIPOTERMIA

Gejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia

# Hipotermia diawali dengan gejala kedinginan spt biasa, dari badan gemetaran menahan dingin sampe gigi berkerotakan kerna ndak kuat nahan dingin.

# Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.

# Selain itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panas tubuhnya (“faktor wind cill” kalo ndak salah). Jadi kalo badan basah kuyub kehujanan dan angin bertiup kencang, maka potensi hipotermia menjadi “paradoxical feeling of warmt” akan semakin cepat terjadi.

# Puncak dari gejala hipotermia adalah korban tidak lagi merasa kedinginan, tapi dia malah merasa kepanasan (dlm bukunya Norman Edwin disebut “paradoxical feeling of warmt” kalo ndak salah). Oleh karena itu si korban akan melepas bajunya satu per satu sampe bugil dan tetap masih merasa kepanasan.

# Hipotermia menyerang saraf dan bergerak dg pelan, oleh karena itu sang korban tidak merasa kalo dia menjadi korban hipotermia. Dari sejak korban tidak bisa nahan kedinginan sampe malah merasa kepanasan di tengah udara yg terasa membekukan, korban biasanya tidak sadar kalo dia telah terserang hipotermia. Dalam hal ini kawan seperjalanan (terutama team leader atau kawan pendaki yg lebih pengalaman) sangat penting artinya utk mengawasi apakah kawan2 kita ada yg sakit (hipotermia, frostbite, mountain sickness, stress, dll). Jadi kalo ada kawan2 seperjalanan kita mulai bertingkah aneh2 yg di luar kebiasaannya, maka kita patut curiga dan waspada ada apa dg dia dan tentu saja perlu segera memeriksa atau menanyai apakah dia masih “sadar” atau tidak.

# Dalam salah satu kasus, seorang pendaki cewek dengan “anggunnya” berganti pakaian yg basah dengan pakaian kering di hadapan kawan2nya. Tentunya cewek itu kalo dia sadar pasti tdk akan berani melakukan hal spt itu; tapi saat itu dia telah terkena hipotermia dan tdk sadar akan dirinya. Cewek itu kembali kesadarannya setelah sampe di bawah (istirahat dan makan). Waktu ditanyain ttg “kelakuannya” itu, dia malah tdk merasa melakukan sesuatu yg ganjil. Jadilah selama perjalanan pulang dan di sekretariat dia menjadi bulan2an olokan.

# Dalam kasus penderita hipotermia yg sampe pada taraf “paradoxical feeling of warmt” selain merasa kepanasan dia juga terkena halusinasi. Akan tetapi, dlm banyak hal lainnya, halusinasi juga telah terjadi walau si korban tdk sampe mengalami “paradoxical feeling of warmt”. Yang jelas, ketika si korban hipotermia sudah kehilangan “kesadaran”, maka dia akan mudah terkena halusinasi. Dan faktor halusinasi ini yg sangat berbahaya karena korban akan “melihat bermacam2 hal” dan dia akan mengejar apa yg dilihatnya itu tanpa menghiraukan apa2 yg ada di hadapannya. Jadi tidaklah mengherankan kalo banyak korban hipotermia ditemukan jatuh ke jurang dlm kondisi telanjang bulat dan telah meninggal dunia.

# Lalu bagaimana cara mengatasi kalo ada kawan kita yg terkena hipotermia? Kalo taraf hipotermianya ringan masih mudah ditangani, tapi kalo sudah mulai bertelanjang dan berlari2 atau berteriak2 mengejar halusinasinya akan susah sekali penangannya. Yang mudah dan praktis adalah melakukan tindakan pencegahan thd penyakit hipotermia.

Tindakan2 Pencegahan Penyakit Hipotermia

# Bila kita melakukan kegiatan luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dg curah hujan tinggi, maka membawa ponco/raincoat adalah suatu keharusan. Selain mbawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin, kalo perlu) dan pakaian ganti yg berlebih dua tiga stel, serta kaus tangan dan kerpus/balaclava/topi ninja juga sangat penting. Perlengkapan yg tidak kalah pentingnya adalah sepatu pendakian yg baik dan dpt menutupi sampe mata kaki, jangan pake sendal gunung atau bahkan jangan pake sendal jepit. Naik gunung pada musim hujan bukan utk gagah2an aja.

# Bawa makanan yg cepat dibakar menjadi kalori, spt gula jawa, enting2 kacang, coklat dll. Dalam perjalanan banyak “ngemil” utk mengganti energi yg hilang.

# Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, spt jaket, kerpus/balaclava dan kaus tangan. Kehilangan panas tubuh akibat faktor “wind cill” tidak terasa oleh kita, dan tahu2 aja kita jatuh sakit.

# Bila hujan mulai turun bersegeralah memakai jas hujan, jangan menunggu hujan menjadi deras. Cuaca di gunung tdk dpt diduga. Hindari pakaian basah kena hujan.

# Bila merasa dirinya lemah atau kurang kuat dalam tim, sebaiknya terus terang pada team leader atau anggota seperjalanan yg lebih pengalaman utk mengawasi dan membantu bila dirasa perlu.

# Dont worry, be happy selalu dalam perjalanan. Semangat dan jangan gampang menyerah bila kondisi mulai memburuk.


FROSBITE(radang dingin)

Di gunung es, udara sangat dingin bias mempengaruhi otot sehingga menyulitkan koordinasi tubuh, kalau ini terjadi si penderita akan sulit meyalakan korek api, membuat simpul tali, atau memegang benda-benda kecil. Kalau tempratur kulit menurun dibawah 10 derajat celcius, sentuhan rasa sakit di kaki atau lengan tidak terasa. Begitu tempratur menurun lagi panyakit radang dingin (frostbite) akan timbul. Sebagai akibat membekunya air didalam sel-sel antara kulit dengan kapilar (pembuluh darah terkecil).

Radang dingin ditandai oleh kulit yang pucat dan berwarna putih keabu-abuan . Rasa sakit mula-mula muncul, tetapi kemudian mereda. Bagian yang terkena radang dingin terasa dingin atau bahkan mati rasa. Dan akan terjadi pembekuan otot kemudian ketulang, kalau tidak dihentikan pembekuan akan meluas. Sehingga satu-satunya jalan untuk menghentikannya adalah memotong (amputasi) bagian yang terkena radang dingin itu


KEPANASAN

Rasa panas yang berlebihan disebut lejar panas (heat exhaustion) dapat dialami oleh seseorang karena keadaan alam yang panas atau karena fisiknya yang lemah. Keadaan ini menyebabkan urat-urat darah di bawah kulitnya mengembang, sehingga aliran darah ke otak dan organ penting lainnya berkurang. Timbul gejala-gejala: mual, pusing, haus, sakit kepala, kulit lembab dan dingin, tidak sadar diri, dan mungkin urat nadi berdenyut keras.

Aklimatisasi yang kurang terhadap panas, terjadinya dehidrasi atau kekurangan garam dalam tubuh, membuat seseorang peka sekali terhadap rasa panas. Untuk menanggulangi ini, si penderita harus beristirahat di tempat yang teduh, lalu diberi minum air dingin yang diberi garam atau tablet garam.

Terik matahari dapat membuat rasa panas yang luar biasa, menimbulkan gejala yang disebut sengatan panas (heat stroke atau sun stroke, yaitu muka merah dan panas, denyut urat nadi cepat, sakit kepala, lemah, dan malas. Tempatkan segera sipenderita ditempat yang sejuk, lalu dinginkanlah dengan cara merendam kepalanya dengan air, segera minum dengan air dingin secara terus menerus.


EDEMA PARU

Kebocoran plasma darah kedalam jaringan paru-paru menyebabkan kantung-kantung udara tidak efektif lagi untuk pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Ini yang menyebabkan apa yang disebut edema paru.

Gejala-gejala edema paru biasa muncul setelah kira-kira ketinggian 3000 meter, yaitu 12 jam sampai 36 jam setelah si penderita kekurangan oksigen. Semakin besar pengerahan tenaga di ketinggian yang kurang oksigen itu, semakin berkembang edema paru. Untuk penanggulangan yang segera dilakukan adalah beristirahat.

Sepintas gejala-gejala edema paru mirip dengan penyakit gunung yang akut (AMS; Acute Mountain Sickness). Gejala-gejala tersebut adalah : Nafas terputus-putus (dada terasa terhimpit), mual, tidak nafsu makan, batuk kering yang dilanjutkan dengan batuk berdahak, dahak berdarah, denyut nadi sangat cepat (120 sampai 160 per menit), nafas terdengar rebut (suara bergelembung dari dada), serta kuku, muka, dan bibir kebiru-biruan). Segera turunkan penderita dari ketinggian. Bila penderita kehilangan kesadaran disertai dengan gelembung busa putih atau merah jambu di mulut atau hidung. Begitu gejala pertama muncul (pusing sekali dan batuk-batuk) secepatnya lakukan evakuasi dengan membawa korban ketempat yang lebih rendah.

Sebelum melakukan pendakian sebaiknya lakukan proses Aklimatisai terlebih dahulu.


HIPOXIA

Semakin tinggi suatu daerah semkain rendah kadar oksigennya. Ini mempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena Hipoksia. Pengaruh kekurangan oksigen ini tergantung pada masing-masing individu, terutama kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 2000 meter , tetapi ada juga yang baru merasakannya pada ketinggian 4000 meter atau lebih.

Pendaki yang terkena pengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala yang disebut “penyakit gunung” (Mountain Sickness). Biasanya gejala ini muncul karena pendaki gunung terlalu cepat mencapai disuatu ketinggian. Kumpulan gejala tersebut berupa pusing. Nafas sesak, tidak nafsu makan, mual, muntah, kedinginan, badan terasa lemas, perasaan malas sekali, jantung berdenyut lebih cepat, dan sakit kepala, selanjutnya penderita tidak dapat tidur, muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.

Pada umumnya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat, yaitu selama 24 sampai 48 jam kemudian. Karena itu, penderita penyakit gunung dianjurkan untuk beristirahat agar kebutuhan tubuh akan oksigen dapat dikurangi. Tetapi kalau usaha ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang tepat adalah menurunkan si penderita dari ketinggian. Cara lain untuk mengatasinya ialah dengan bernafas dalam-dalam dan cepat agar oksigen banyak yang masuk kedalam sistem pernafasan kita, tapi cara ini sangat melelahkan dan lama-kelamaan akan menimbulkan pusing atau bahkan mual akibat pengaruh kehilangan karbon dioksida.


BUTA SALJU

Semakin tinggi suatu daerah, semakin besar pengaruh ultraviolet. Kalau pengaruh ini berlangsung terus menerus, terutama digunung es, permukaan mata akan terbakar dan jaringan kulit disekitarnya akan menyebabkan penyakit yang disebut Buta Salju. Penyakit ini tidak timbul seketika, tetapi delapan sampai dua belas jam kemudian. Mula-mula mata terasa perih dan kering, baru kemudian merasa seperti “ terisi oleh pasir”. Menggerakkan dan mengedip-ngedipkan mata akan terasa sakit, air mata banyak bercucuran, kelopak mata merah dan bengkak.

Buta salju akan menghilang sendiri beberapa hari kemudian, dan yang terpenting adalah beristirahat, tutuplah mata dengan kain bersih, jangan sekali-kali menggosok-gosok mata, karena dapat menyebabkan iritasi dan infeksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar